Kamis, 16 April 2009

Kepingan kegalauan


Malam ini jiwaku galau bak tornado menari nari di wajah samudra yang bergejolak, amarahku mencuat seperti keluar dari mahkota kepalaku, ragaku lelah dan ingin bersandar pada pundak sang bumi, menetralisir semua efek dari pertarungan dan perlawanan yang melelahkan jiwa raga ini. Tapi mungkin inilah sebuah tanggung jawab dan konsekwnsi dari sebuah pilihan yang sudah terambil. Mungkin disini aku ingin meletakkan kepingan dari suara hati yang mencerit dan sedih karena keadaan yang sudah kronis dan jauh dari sebuah tatanan yang menjadi dambaan dari pendahulu kita.

Hai romansa……

Kalau aku boleh bercerita, pikiranku telah penuh, darahku hampir membeku untuk merasakan kawan kawan berjuang melawan kanibalisme kekuasaan yang secara frontal dan transparan beradu uang untuk menyentil hati rakyat, entah dengan apa aku mulai bercerita karena rasaku sudah tenggelam di hujam tsunami keinginan untuk kemenangan. Tetapi mkin dari surat pertama yang aku kirim paling tidak engkau sudah bisa menggambarkan keadaan saat ini yang terjadi dalam mangkuk politik saat ini.


Romansa….

Kalau aku bisa terbang mengudara, mungkin aku sudah di timur tenggara untuk menemuimu, menceritakan tentang jiwaku yang berdemo melawan keinginanku, berdua menikmati martabak maniez dibawah rindangnya pohon apel yang rimbun, dibelai sejuknya angin yang mengantarkan pada syurga imajinasi, menciptakan puisi dan sajak tentang kedamaian alam, bernyanyi menggambarkan indahnya cinta yang teralami, ohhh romansa, kapan mimpi kan menjadi nyata menyongsong masa dimana kita hidup yang sebenarnya hidup…….


Romansa…

Jiwaku menggigil oleh kecemasan, ingin kau dekab aku dan membisikkan “sabarlah semua akan baik baik saja”, tapi bagaimana lagi, karena aku sadar inilah yang saat ini harus kuhadapi dari sebuah tantangan untuk kehormatan diri dan organisasi. Semoga ini kan berakhir dengan kebaikan dari Gusti, karena kemenangan dan kekalahan adalah hak preogratif dari kuasa Sang Maha Kuasa.


Romansa..

Kataku sudah habis dimakan pikiran yang sudah menguasai jiwa, strategi menumpuk bagai sampah yang sudah tak tertampung dalam otakku, Aku harap engkau tahu akan bahasa rasaku yang selalu hidup dimana nanti ragaku sudah tak menanti……..


Hanya doamu yang bisa menyuap jiwaku yang penuh bimbang dan gontai karena keadaan yang meramai bak pasar malam, dipenuhi konspirasi di setiap gang gang desa para produk politisi barjaga dan waspada, seperti mata buaya dan kekelawar tajam seperti pedang umar , uhhhh kekuasaan…entahlah….semoga membawa kebaikan utk para hamba hambanya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar