Senin, 27 April 2009

Nubuwah cinta dari Rumi











Aku mati sebagai mineral
dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.

Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;

"Kepada Nya, kita semua akan kembali"

JALALUDDIN RUMI

Sabtu, 25 April 2009

Kerudung Hikmah



















Iyyakana’budu waiyya kanastain…..

Berdoa dan menyembahlah hanya kepadaNya…

Tataplah sampai pada ArrahimNya…..

Ihdinasyirotolmustaqim….

Sebenar benarnya doa diatas doa…

Allahlah pusat sekaligus muara tujuan doa…..

Manusialah kadang lupa akan sifat sifatNya…


Alam tergelar ayat hikmah….

Manfaat isi pekerti pahala…

Islam sebagai pedoman hidupnya…

Rasa menyatu dengan RasaNya….

Akan manunggaling dengan Gustinya….


Sang diri hidup…

Yang menjadi khalifah jiwa…

Amalkan diantara langit dan bumi…

Hidup hanyalah untuk yang Hidup….

Zuhud di dunia demi Tuhan dan sesama…

Akan menjaga hati dan jiwa…..

Nanti bila sudah tiba masa……

Allahlah yang menjadi Illaihiroji’un semataa….


Rabu, 22 April 2009

Yang Cinta Yang Bersyahadat…
















Bismillahirrahmanirrahim..

Duhai Pujaanku…..
Saat aku tahu, aku saksikan, aku alami dan rasakan…
Keberadaan semua yang ada, yang engkau jadikan..
Sebagaimana yang telah Engkau kehendaki…
Sesuai dengan yang telah Engkau tetapkan ,
Semakin mengingatkan aku pada-Mu
Maka…
Kujalani hidupku hanya untuk mencari perhatian-Mu..
Melalui sikap dan perilakuku,..
Kulakukan setiap hal yang dapat menyenangkan-Mu
Dan kutinggalkan setiap hal yang tidak menyenangkanMu…

Duhai Pujaanku…
Alangkah suka hatiku saat kucuri pandang kearah-Mu
Ternyata, Engkaupun sama denganku..
Sebagaimana aku terhadap-Mu
Ternyata tidak sia sia apa yg aku usahakan..

Duhai Pujaanku…
Entah apa namanya akupun tidak tahu..
Semakin aku tahu Engkaupun demikian terhadapku…
Semakin menggebu gejolak di qolbu..
Kalau sebenarnya diri ini amat merindu…

Duhai Pujaanku…
Ternyata aku mulai kasmaran terhadap-Mu..
Diam salah, bergerak juga salah..
Dalam jaga, selalu terucap nama-Mu..
Yang begitu indah dalam lelap selalu teringat sifat-sifatMu…
Yang begitu agung setiap waktu selalu terbayang wajah-Mu..

Duhai Pujaanku…
Ternyata aku mulai merindukan-Mu..
Rindu…akan perhatianmu..
Kasih dan sayang-Mu padaku

Duhai Pujaanku…
Salahkah aku, jika berharap…
Dosakah aku, jika menginginkan balas yang serupa dari-Mu..
Sebagaimana perasaanku pada-Mu..
Demikian juga dengan-Mu terhadapku…
Sampai-sampai setiap waktu selalu nama-Mu yang aku sebut..
Setiap saat, selalu sifat-sifat-Mu yang aku ucap..
Tak perduli apa kata orang…
Semuanya…..
Selalu aku lakukan….
Karena-Mu…
Untuk-Mu….
Demi…Kamu..
Namun, haramkah jika aku menghendaki…
Hal yang serupa dari-Mu..

Duhai Pujaanku…
Mungkin, aku memang kurang pantas untuk-Mu..
Aku juga sadar, siapa aku…
Kuakui,…semula….
Saat Engkau menginginkan aku…
Dengan angkuhnya ku acuhkan diri-Mu..
Tapi, itu dulu..
Sebelum aku tahu, Siapa Kamu…
Sebelum aku, mengenal-Mu…
Namun, sebagaimana Engkau tahu
Saat aku mulai tahu dan mengenal-Mu…
Setiap saat, aku kasmaran…
Setiap waktu, aku selalu merindu…

Duhai Pujaanku…
Segitu menyakitkankah sikapku pada-Mu…
Sehingga, Engkau belum bisa untuk memaafkan aku..

Duhai Pujaanku…
Ku akui, aku memang salah…
Tapi, aku mohon berilah aku kesempatan untuk menebus semua itu..
Hingga, Engkaupun dengan suka hati mau memaafkan aku..

Duhai Pujaanku….
Jangan Engkau buat aku serba salah..
Berkeluh kesah dan gampang putus asa…
Dalam meraih cinta-Mu..
Walau kusadari, kalau diri ini…
Tak layak meraih cinta-Mu..
Namun, Berilah aku kesempatan, ..
Guna melayakka diri meraihNya…

Duhai Pujaanku..
Seiring berjalannya waktu…
Dari waktu ke waktu..
Akupun jadi bisa memahami…
Tanpa sadar, aku tahu kalau sebenarnya Engkau telah memaafkan aku…

Duhai Pujaanku…
Maafkan aku atas kepicikanku…
Yang telah salah menilai diri-Mu…
Bahwa, kalau selama ini aku terjebak oleh kebodohanku sendiri…
Hanyut oleh nafsu dan terbuai oleh egoku sendiri…

Duhai Pujaanku..
Bukan hanya Engkau yang mudah cemburu..
Bila ada yang memuja-Mu berpaling pada selain-Mu
Tapi, akupun sangat cemburu..
Bila tahu Engkau yang aku puja berpaling selainku..

Duhai pujaanku…
Maafkan aku…..

Duhai Pujaanku…
Kini, segala kesenangan, keindahan dan kebahagiaan…
Bukan lagi sekedar mimpi dan khayalan…
Yang aku rasakan,..
Kasih bersambut cinta bertaut…
Engkau terima uluran tanganku..
Sebagai tanda Engkau suka padaku…

Duhai Pujaanku..
Ternyata, Engkau tak seburuk yang aku kira…
Dan tak sejelek yang aku sangka…

Duhai Pujaanku…
Kini, aku selalu merasakan kehadiran-Mu…
Belaian tulusmu, kasih dan sayang-Mu..
Pandangan mesra dan perhatian khusus dari-Mu…
Menyejukkan jiwa dan menentramkan batiku…

Duhai Pujaanku…
Alangkah bahagianya aku…
Semoga demikian selamanya…

Duhai Pujaanku …
Kau jadikan semua yang ada sebagai tanda mata dari-Mu untukku…
Guna mengetahui seberapa besar rasa cinta dan kesetiaanku Pada-Mu..

Duhai pujaanku…
Bilacinta dan kesetiaanku mendalam…
Maka, ketika aku melihat tanda mata dari-Mu..
Aku akan sangat teringat pada-Mu…
Yang dengan itu, aku akan berdzikir memuji-Mu..
Guna, mencari perhatian-Mu…
Yang dengan itu aku akan merindukan-Mu..
Maka, kubaca berulang kali surat surat-Mu…padaku..
Yang kuterima dari utusan-Mu Muhammad
Semakin aku baca, aku semakin rindu…

Duhai Pujaanku…
Apabila kerinduanku pada-Mu susah aku bendung..
Maka, aku akan menemuimu selalu…
Agar selalu bersama-Mu..
Bersanding dan menyatu dengan-Mu..

Duhai pujaanku…
Tidak akan aku biarkan satupun dari yang ada,..
Memalingkan aku pada-Mu..

Duhai Pujaanku..
Jangankan harta dan benda, jabatan, ilmu, orang tua, saudara..
Wanita,anak sekalipun…
Makanan yang aku makan…
Minuman yang aku minum…
Bahkan panca indraku…
Hati dan pikiranku, badanku…
Malah…., nafas aku sekalipun..
Jika dapat memalingkan aku dalam menuju-Mu,…
Pasti aku lepas juga dengan suka rela….

Duhai…
Pujaanku….

Jumat, 17 April 2009

Diamku Saat Berjalan...















Diam tersentuh bumi, menutup menatap gelap …

Berhembus udara, mengatur denyut jiwa…

Mendengar yang terdetak, merasa yang membekap…

Panas mengaliri urat darah …

Bergetar menggoyangkan wadag raga…

Mencoba heneng melihat apa yang terlintas…

Dan membiarkan apa yang tersingkap…


Dikala gelap, terangpun mulai terlihat…

Mengembara menyusuri kahuripan jiwa…

Dia pun membuka tabir yang terlihat maya…

Berkelana disetiap masa, bertemu disetiap jiwa…

Datang dan berlalu melintasi rasa…

Mengikuti keluar masuknya udara yang menyapa…

Mencoba hening untuk melihat…

Memandang jalan yang menjadi datang….


Awan putih telah menjadi ruang…

Tiada gelap yang menggantung dalam langit pandang…

Semua yang terdetak…

Semua yang tergoyang…

Semua yang tergejolak…

Menjadi diam seribu pandang….

Kosa kata menjadi hampa…

Bahasa menjadi baka….

Tiada lagi kalimat…

Dan tiada lagi Pendapat….

Terkonversi menjadi satu…

Menjadi diam sejuta makna….


Korneapun terbuka..

Mencoba menangkap cahaya kembali dunia…

Tersadar dari sadar…

Dan terdidur kembali dalam mimpi..

Melanjutkan jalan maya…

Mewujudkan realita nyata…

Semoga dunung menjadi kata…

Dan mewujud disetiap asa……


Teriakan Jiwa..














Aku bukanlah budak dunia……

Aku bukan juga formalitas agama…..

Aku juga bukan boneka impian manusia,,,,

Menjadi fatamorgana setiap kata dan bahasa…

Dalam puisi romantis pujangga cinta…..


Aku adalah bahasa jiwa..

Yang terangkai oleh hitam putihnya dunia…..

Tercipta karena ketetapan dan kehendakNya….

Yang terwujud dari ilustrasi ayat pada mayapada…..

Walaupun tanpa suara…..

Tapi cintaku adalah nyata…..


Kalupun bayangan tercipta karena bias cahaya,…

Maka nyatapun tampak seperti maya….

Ataupun mayapun tampak seperti nyata….

Bagai kan keramaian pasar ikan….

Manusia sibuk melakukan penilaian…

Hafalan yang dilekatkan dalam pikiran..

Hanya mewujud seperti kulit kacang yang berserakan….


Biarlah alam berkata dengan keadaan….

Agar pengetahuan datang menyapa….

Biarlah pengalaman memberi perasaan….

Agar keilmuan bertambah menjadi nyata….

Karena Rasa adalah kehidupan bagi kesadaran…..

Bukan paksaan dari sebuah tuntutan…..

Karena aku adalah keyakinan…..


Kalau engkau merasa baik datanglah dgn keiklasan…

Mengatakan dengan laku bukan hanya sebuah hisapan….

Karena aku bukanlah pemanis seperti kembang kepada kumbang….

Kalau engkau mengatakan sayang datanglah dengan rasa,….

Agar rasa ini bisa merasa apa yang terasa….


Ingatlah….

Aku bukanlah pasir yang mudah terseret oleh gelombang…

Aku bukanlah daun tua yang mudah jatuh dari tiupan angin utara…

Aku adalah pedang, diantara tangan tangan kekar jengis khan..

Aku adalah senjata yang tercipta dari sang petualang….

Berani mengatakan ya atau tidak…..

Karena semua itu adalah pilihan…..

Malam Berinspirasi...













Hitam gelap mendekap bumi…

Rembulan bersembunyi dibalik selambu langit…

Jiwaku berlari menembus ruang imajinasi….

Menyusuri pantai kehidupan suatu masa inspirasi….

Dimanakah isi?dari setiap keadaan penghias bumi….


Pengetahuan mencari disetiap mega rimba….

Menepis setiap belukar dalam pekerti…

Jiwaku berontak akan demokrasi….

Berteriak teriak menyuarakan realisasi…

Baik buruk bercampur menjejali ruang di hati….

Dimanakah aku?sejatinya rasa manifestasinya Gusti…

.

Raga adalah bumi dari setiap jiwa…..

Tempat jasmani, nafs serta ruh bersemayam…

Berbentuk manusia inti sari daya….

Berisi segenap asa dan masa…

Pembentuk peradaban dan budaya untuk dunia…

Dimanakah Rasa?yang membedakan antara manusia dan benda…

.

Tahukah engkau raga….

Mati adalah nyata…

Waktu adalah kepastian akan sesuatu….

Kenapa kesombongan kau damba…

Bahwa tanah akan menjadi tempat pusara …

Bagi inti sari dunia yang menyata……


Tahukah engkau jiwa…..

Hidup adalah nyata…

Bukan hidup kalau tersentuh mati….

Karena mati hanya ada di bumi…

Waktu adalah keadaan berkontemplasi…

Mencari diri yang benar benar sejati…

Karena hidup adalah hakiki….

Tiada akhir walau dunia ini berakhir…

.

Tahukah engkau ruh…

Mengingatlah dengan Khafi…

Jangan kau berteriak tanpa isi…

Walau kulitnya emas sekalipun…

Tapi tiada harga dibanding kesadaran….

Karena lubb adalah no mind…

Bisa tidak berbahasa atau tanpa bahasa…

Karena penghayatan atas kehadiranNya adl isi segala ilmu dan agama……


AL HAYAT (Kehidupan)



Sungguh hidup ini akan terasa indah dan lebih bermakna bila orang orang mengerti akan dirinya, hak dan kewajibannya, lebih lebih jika mereka mau mengerti siapa Aku, Dia dan Kita, Entahlah…….Hanya mereka yang tahu apa yang terbaik untuknya.

Untuk itulah mungkin Tuhan jadikan kita berbeda beda agar kita bisa saling mengenal dengan satu sama lainnya.Itulah kehidupan ramai, liar, bergelora tapi indah dan memabukkan bagi yang tak sanggup menjalaninya. Namun hanya bagi mereka yang pandai menyimak dan meresapinya saja yang dapat merasakannya, bahwa hidup ini indah dan bermakna tak ada hal yang sia sia padanya.

Itulah hidup yang dalam menjalaninya tak cukup hanya dilihat, tapi juga mesti dirasakan agar kita mengerti mati dalam hidup, hidup dalam mati dan hidup dalam hidup dengan yang hidup.


Hidup adalh suatu proses dalam menuju kebahagiaan yang abadi, sengsara atau bahagia sebenarnya ada dan hanya ada pada diri kita sendiri, hanya saja mau nggak kita menjalani dan menerima resikonya atau melakukannya dengan penuh kesadaran tanpa ada rasa terpaksa ataupun dipaksa. Kehidupan merupakan tempat menggembleng diri atau menempa diri yang hidup dengan berbagai pengamalan dan pengalaman yang dengan itu dia menjadi tahu apa, siapa dan bagaiman, hingga menjelma jadi suatu pengetahuan sebagai bekal dalam mencapai tujuan dan alat mewujudkan apa yang dicita citakannya.


Pengetahuan yang sudah disestematikan atau terstruktur disebut ilmu, karenanya kehidupan tidak akan ada tanpa adanya yang hidup, dimana ada yang hidup disitu ada kehidupan. Kalau begitu apa sih yang hidup? Hidup sama dengan wujud, yaitu apa saja yang tampak ada sekalipun adanya hanya terbetik dalam hati dan terlintas dalam pikiran, tetap dibilang hidup, karena mewujud dalam arti lain. Hidup bisa juga exisnya atau adanya segala yang ada sekalipun ada hanya terbetik dala hati dan terlintas dalam pikiran. Kalau demikian apa sih yang hidup? Yang hidup itu rasa. Yaitu wujud yang memiliki rasa yang dengan itu dia berperasaan dan merasakan yang ada dari selain dirinya. Jadi seandainya ada yang merasa hidup, tapi tidak bisa merasakan apa yang ada dari selain dirinya, maka dia sudah tidak lagi disebut yang hidup, tapi bisa dikatakan bangkai, sebab hanya bangkai yang ada wujudnya, tetapi tidak bisa merasakan apa yang ada dari selain dirinya.. Siapa yang menghidupkan? Yang meng hidupkan adalah kehendak tanpa kehendak mungkin alam ini juga tidak ada. Kehendak siapa? Kehendak yang hidup, sebab bila yang hidup sudah berkehendak dia mampu menghidupkan (mewujudkan) apa saja yang jadi keinginannya sebagaimana yang dia kehendaki. Bila demikian lantas apa yang dihidupkan? Yang dihidupkan itu wujud (hidup itu sendiri) yaitu yang diwujudkan, sebab ketika yang hidup berkehendak maka hiduplah (mewujudlah) saat itu juga apa yang diinginkannya sebagaimana yang dia kehendaki. Jadi kehidupan itu sendiri adalah tempat hidupnya yang hidup “Tempat Adanya Wujud Yang Merasa”


Semoga dalam kehidupan yang sudah sangat komplek ini, agama atupun ibadah bukan hanya digunakan sebagai rutinitas belaka ataupun formalitas saja, yang hanya digunakan untuk acara acara protokoler utk menebus syurga dan menghindari neraka, tetapi lebih bisa digunakan utk melatih kepekaan kita agar senantiasa lebih bisa menghidupkan rasa yang merasa dan pada akhirnya mewujudkan kesadaran utk diaplikasikan atau direalisasikan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat….. wallahualam…

Fantasi Jiwa













Jiwaku terbang melayang menjelajahi mayapada....

Melintasi samudra berwarna jingga berpantul perak...

Berpayung matahari senja aku ingin berpulang....

Peluh menyerang setiap saraf di raga....

Namun dimana sapu tangan utk menyeka..?


Malam datang menyapa jiwa....

Menerjang gelap melawan budaya...

Huh lelah aku melayang...

Dimana udara yg mau menyapa...

Agar energi memberiku daya...


Rembulan datang mengintip pada jendela maya….

Bernyanyi dengan tema samudra…..

Melukis dinding jiwa mendekap rasa….

Mendaki himalaya menatap dunia…..

Tapi pangdangpun menjadi maya…

Karena dinding yg tak berdaya….


Hitam mataku melawan malam...

Mati kulitku melawan hujan...

Remuk tulangku melawan topan...

ohhhh semangat....

Jagan pernah engkau pergi tinggalkan aku sendiri...

Karena bidadari blum sepenuh hati....

Berbagi tawa dan cerita...

Mengungkap misteri yg msh tersembunyi....


Ohhh dewa...dewanya jagat raya......

Kudongakkan kepala menantang hujan...

Kukepalkan tangan menantang gelombang....

Kankutantang karang yg melawan...

Kankutantang budaya yg mmbawa nestapa...

Kan kutantang penguasa yang murka...

Bahkan kan kubuang cinta yg membawa neraka...


Tapi, aku lelah Tuhan.......

Aku lelah...........

Aku Rindu pelukan....

Aku Rindu belaian.....

Aku rindu dekapan....

Aku rindu kasih sayang...

Aku rapuh Tuhan.....


Kutundukkan kepalaku dan kuciptakan doa...

Kuatkan aku haiii Sang Daya...

Luaskan pekertiku Haiii Sang Masa...

Berikan ilmu haii Sang Kekal..

Agar aku bsa menghidupkan Rasa yang Merasa...

dan Selamtkanlah aku sampai hidup dan matiku....

Karena aku tak ingin mati dalam hidup…..

Atau hidup dalam mati…..

Tapi aku ingin hidup dalam hidup dan hanya untuk Yang Hidup….

Aku dan Bumi









Di atas sajadah bumi aku bersemedi.....

Mencoba menafakuri isinya bumi....
Syetan dn iblis menebarkan ilusi abadi....
Tapi tetap kujadikan kawan berdiskusi....
Agar aku mjd manusia berkesadaran tinggi...

Di bawah atap langit mensyukuri yang ada..
Dengan memberdayakan yang ada mjd lebih ada...
Krn akupun dari tiada mjd ada...
Hanya sang ada yng tak mengenal tiada...
Karena tiada sang ada takkan tercipta yang ada....

Oooo Gusti, diantara langit dn bumi kuberdiri
akankah keberadaanMu selalu kusadari...
Yang mjdikan energi utk memberi....
Menjadi matahari yg menyinari bumi....
Sebagai khalifahmu di alam ini.....

Begitu asyik pena ini menari...
membentuk goresan dari hati....
kata-kata yg terlahir dr nurani...
sebagai ibu bagi sang diri'....
Itulah petunjuk Ilahi Robby.....

Sisi Kebenaran Kiri…


Istilah kiri seharusnya menjadi biasa dalam perbincangan kita, “Kiri” adalah kebiasaaan sekaligus kesepakatan untuk membedakan yang kanan, tetapi terminology ini menjadi luar biasa tatkala ia diendapkan pada dimensi pemikiran. Tidak saja karena ia menyimpan sejumlah gagasan besar, menantang, melawan, sekaligus merusak. Setiap tradisi yang dianggapnya ‘Mapan” tetapi karena ia memainkan peran yang sangat signifikan atas munculnya inspirasi besar yang merubah keadaan…

Dalam perspektif sejarah yang sudah membudaya, istilah kiri diletakkan pada sebuah pemikiran sosialis atau bahkan dilabelkan pada komunis yang menakutkan…krena memang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman sejarah, lebih2 dianggap hantu yang menakutkan bagi masyarakat yang pernah mengalami “luka” sejarah dan trauma politik akibat komunisme….sehingga disaat itu adanya sebuah pemberangusan ideology sampai pada akar sosialis yang sebenarnya memiliki potensi yang tinggi untuk kita pelajari….

Tetapi disini kita akan mencoba melihat dgn mata telanjang,bagaimana pemikiran kiri selalu mengambil peran dalam sebuah perubahan, bukan hanya dalam sebuah sejarah Negara tetapi juga perubahan sikap atas budaya yang semakin menjemukan…Sisi kebenaran kiri ketika dia memainkan peran akan adanya sebuah relevansi dari formalitas dan sikap dalam berlaku, Kemapanan dalam sebuah kezaliman yang didukung kekuasaan akan serta merta menjadi sebuah kekekalan ketika ideology itu hanya menerima iklas dan ketakutan yang menjejali mainstream kita…..

Kiri akan memiliki energi yang dasyat ketika diletakkan pada posisi yang benar dan sesuai, selalu berpihak pada kebersamaan untuk selalu melawan kemapanan yang hanya meneriakkan kaum capital. Melawan mainstream kita yang terlalu kenyang akan sebuah budaya yang hanya mengedepankan formalitas diatas hakekat dari sebuah rutinitas. Kiri selalu memandang realistis dari pada memandang sebuah mistik, yang dibekukakan oleh budaya yang sudah tak berjiwa…

Tetapi kembali lagi bahwasanya kebenaran akan selalu jamak ketika bermain pada dataran penafsiran, tetapi yang perlu dicermati di sini bahwa kiri berani mengambil sebuah resiko untuk selalu melawan kemapanan yang sebenarnya sudah tidak berpihak pada rakyat banyak, termasuk menentang sebuah budaya yang syarat dengan kepentingan tetapi menjadi kosong manfaatnya….

Kiri memang akan selalu menjadi misteri..

Benar dan salah adalah isi dari berbagai persepsi….

Kamis, 16 April 2009

Kepingan kegalauan


Malam ini jiwaku galau bak tornado menari nari di wajah samudra yang bergejolak, amarahku mencuat seperti keluar dari mahkota kepalaku, ragaku lelah dan ingin bersandar pada pundak sang bumi, menetralisir semua efek dari pertarungan dan perlawanan yang melelahkan jiwa raga ini. Tapi mungkin inilah sebuah tanggung jawab dan konsekwnsi dari sebuah pilihan yang sudah terambil. Mungkin disini aku ingin meletakkan kepingan dari suara hati yang mencerit dan sedih karena keadaan yang sudah kronis dan jauh dari sebuah tatanan yang menjadi dambaan dari pendahulu kita.

Hai romansa……

Kalau aku boleh bercerita, pikiranku telah penuh, darahku hampir membeku untuk merasakan kawan kawan berjuang melawan kanibalisme kekuasaan yang secara frontal dan transparan beradu uang untuk menyentil hati rakyat, entah dengan apa aku mulai bercerita karena rasaku sudah tenggelam di hujam tsunami keinginan untuk kemenangan. Tetapi mkin dari surat pertama yang aku kirim paling tidak engkau sudah bisa menggambarkan keadaan saat ini yang terjadi dalam mangkuk politik saat ini.


Romansa….

Kalau aku bisa terbang mengudara, mungkin aku sudah di timur tenggara untuk menemuimu, menceritakan tentang jiwaku yang berdemo melawan keinginanku, berdua menikmati martabak maniez dibawah rindangnya pohon apel yang rimbun, dibelai sejuknya angin yang mengantarkan pada syurga imajinasi, menciptakan puisi dan sajak tentang kedamaian alam, bernyanyi menggambarkan indahnya cinta yang teralami, ohhh romansa, kapan mimpi kan menjadi nyata menyongsong masa dimana kita hidup yang sebenarnya hidup…….


Romansa…

Jiwaku menggigil oleh kecemasan, ingin kau dekab aku dan membisikkan “sabarlah semua akan baik baik saja”, tapi bagaimana lagi, karena aku sadar inilah yang saat ini harus kuhadapi dari sebuah tantangan untuk kehormatan diri dan organisasi. Semoga ini kan berakhir dengan kebaikan dari Gusti, karena kemenangan dan kekalahan adalah hak preogratif dari kuasa Sang Maha Kuasa.


Romansa..

Kataku sudah habis dimakan pikiran yang sudah menguasai jiwa, strategi menumpuk bagai sampah yang sudah tak tertampung dalam otakku, Aku harap engkau tahu akan bahasa rasaku yang selalu hidup dimana nanti ragaku sudah tak menanti……..


Hanya doamu yang bisa menyuap jiwaku yang penuh bimbang dan gontai karena keadaan yang meramai bak pasar malam, dipenuhi konspirasi di setiap gang gang desa para produk politisi barjaga dan waspada, seperti mata buaya dan kekelawar tajam seperti pedang umar , uhhhh kekuasaan…entahlah….semoga membawa kebaikan utk para hamba hambanya….